Monday, July 2, 2007

Menepati Jani II

Memenuhi Perjanjian Suci
Pada bagian yang kita sudah membicarakan tentang kewajiban menepati janji secara ‎umum, terutama perjanjian yang dibuat antar sesama manusia. Pada bagian ini kita akan ‎mendiskusikan bersama-sama tentang kewajiban memenuhi perjanjian suci antara ‎manusia dengan Tuhannya. ‎
Perjanjian suci antara manusia dengan Tuhannya terjadi pada saat manusia ‎mengucapkan atau mengikrarkan dua kalimah syahadat ‎اشهد ان لااله الاالله واشهد ان محمد رسول الله‎ ‎‎(saya bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan ‎Allah).‎
Ikrar bahwa tiada Tuhan selain Allah, meskipun pada awalnya hanya diucapkan ‎dengan lisan, tetapi dengan ucapannya itu, kita dituntut untuk menyesuaikan segala sikap, ‎tindakan dan perilaku kita agar sesuai dengan makna dan hakikat ‎لااله الاالله‎ (tiada Tuhan ‎selain Allah). Kalimat yang menafikan segala ilah selain Allah tersebut, yang biasa disebut ‎dengan kalimah “tahlil” merupakan komitmen tauhid kita, yang hanya mengakui bahwa ‎Allah-lah Tuhan Yang Maha Esa, sebagai satu-satunya Zat Pencipta, Pemelihara, dan ‎yang harus kita sembah. Dialah Al-Khaliq yang menciptakan semua makhluk di jagat raya ‎ini.‎
Segala tindakan kita yang menyalahi tauhid, yang biasa disebut dengan syirk, berarti ‎pengingkaran perjanjian suci yang telah kita buat. Pengingkaran terhadap perjanjian suci ‎inilah, yang dalam ajaran Islam ditetapkan sebagai dosa yang paling besar, yang bahkan ‎tidak akan pernah mendapat ampunan dari Allah SWT.‎
ان الله لايغفر ان يشرك به ويغفر مادون ذلك لمن يشاء ومن يشرك بالله فقد افترى اثما عظيما
‎"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang ‎selain dari (syirik) itu bagi orang yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, ‎maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (Q.S. An-Nisa : 48).‎
Kalau pada kenyataannya umat Islam banyak sekali yang terjerumus ke dalam ‎kemusyrikan, yang oleh karenanya banyak pula manusia yang mengingkari perjanjian ‎sucinya dengan Allah swt; maka menjadi tugas kita bersama untuk menyedarkan dan ‎mengembalikan mereka ke jalan tauhid.‎
Batasan-batasan tauhid sudah jelas dan tegas. Meyakini bahwa tiada Tuhan selain ‎Allah; mempercayai bahwa Dialah Zat Pencipta dan Pemelihara alam seisinya; mengakui ‎bahwa Dialah satu-satunya Zat yang berhak dan wajib disembah; penyerahan total diri ‎kita hanya kepada-Nya; serta menafikan segala ilah selain-Nya, adalah beberapa batasan ‎tauhid. ‎ Karena batasan-batasan tauhid sudah begitu jelas, maka tidak ada alasan apapun ‎untuk melanggarnya. Sekecil apapun pelanggaran terhadap batasan-batasan itu akan ‎menyebabkan kita terjatuh pada dosa syirk.‎
Konsekuensi lain dari ikrar perjanjian kita dengan Allah swt adalah tuntutan untuk ‎melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala cegahan dan larangan-Nya. ‎Dengan kata lain kita harus bertakwa kepadanya, karena hakikat takwa adalah ‎melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala cegahan dan larangan-Nya. ‎Menjadi seorang yang bertauhid (muwahhid) berarti pula harus menjadi orang yang ‎bertakwa (muttaqi). Seorang muwahhid tidak akan mencapai tingkat kesempurnaan kecuali ‎dia juga menjadi manusia yang bertakwa. ‎
Jadi, kalau tauhid lebih banyak tertanam dalam kalbu dan keyakinan kita, yang oleh ‎karenanya lebih bersifat abstrak; maka takwa merupakan relaisasi dan konkretitatsi dari ‎tauhid itu. Sebagai relaisasi dan konkretisasi dari tauhid, takwa memiliki fungsi-fusngi ‎yang amat penting dalam kehidupan seorang muslim, yaitu :‎
Pertama, sebagai bekal kehidupan baik di dunia maupun di akhirat. Firman Allah swt:‎
وتزودوا فان خيرالزاد التقوى واتقون ياولى الالباب
‎“Dan berbekallah kalian, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah ‎kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal” (Q.S. Al-Baqarah : 197)‎
Kedua, sebagai pakaian batin manusia. Firman Allah swt:‎
يبنى ادم قد انزلنا عليكم لباسا يوارى سوءتكم وريشا ولباس التقوى ذلك خير
‎“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi ‎auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik...” (Q.S. ‎Al-A’raf : 26).‎
Ketiga, orang yang bertakwa akan selalu memperoleh jalan keluar dari segala ‎kesempitan, segala kesulitan akan dimudahkan, serta akan dianugerahi rizki secara tidak ‎terduga. Firman Allah swt:‎
‏... ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لايحتسب ... ومن يتق الله يجعل له من امره ‏يسرا
‎“... Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka (Allah) akan menjadikan baginya jalan ‎keluar (dari segala kesempitan) dan (Allah) akan memberikan rizki secara tidak terduga ... dan ‎barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka (Allah) akan menjadikan segala urusannya menjadi ‎mudah” (Q.S. Ath-Thalaq : 2-4).‎
Keempat, derajat orang yang bertakwa akan selalu ditinggikan, sehingga tiada yang bisa ‎membedakan derajat manusia kecuali berdasarkan nilai takwanya. Firman Allah swt:‎
ان اكرمكم عند الله اتقكم
‎“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling takwa” (Q.S. An-Nisa ‎‎: 31).‎
Kelima, orang yang bertakwa akan selalu dapat membedakan antara yang baik dan ‎yang buruk, antara yang sah dan yang batil, antara yang halal dan yang haram; karena ‎orang yang bertakwa akan mendapat anugerah kemampuan membedakan (furqân). Firman ‎Allah swt:‎
ان تتقوا الله يجعل لكم فرقانا‏
‎“Jika kalian bertakwa kepada Allah, maka (Allah) akan menjadikan kalian orang-orang yang ‎mampu membedakan” (Q.S. Al-Anfal : 29)‎
‎ ‎ Dari penjelasan di atas dapatlah dikatakan bahwa memenuhi perjanjian suci antara ‎manusia dengan Tuhannya pada dasarnya melaksanakan seluruh titah Allah dan menjauhi ‎segala larangannya. Dengan kata lain, perjanjian yang telah kita buat dengan Tuhan hanya ‎akan benar-benar terpenuhi jika kita dapat menjadi muwahhid, muttaqi dan melaksanakan ‎ajaran Islam secara kaffah.‎
Apabila semua manusia, khususnya umat Islam secara konsisten memenuhi ‎perjanjian dengan Tuhannya, maka akan terciptalah kedamaian dan kemaslahatan di ‎seluruh belahan bumi, sebagaimana fungsi Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam ‎‎(rahmat li al-alamin). ‎
Berbagai derita dan nestapa yang terjadi di berbagai belahan dunia, terlebih di ‎negeri-negeri yang mayoritas penduduknya umat Islam, tiada lain adalah karena ‎banyaknya manusia yang inkar terhadap perjanjian suci yang telah dibuatnya.‎
Mengakhiri tulisan ini, penulis ingin mengajak kepada kita semua, hendaknya kita ‎berhati-hati dalam menjaga dan memelihara keyakinan dan tauhid kita. Jangan sampai kita ‎mengorbankan amal-ibadah yang telah kita lakukan karena melakukan dosa syirk, baik ‎karena disengaja atau tidak disengaja. Penulis merasa sangat prihatin melihat ‎perkembangan masyarakat kita akhir-akhir ini. Hampir setiap hari kita disuguhi iklan-‎iklan yang menurut penulis mengandung unsur kemusyrikan. Seolah-olah paranormal dan ‎dukun telah menjadi kebutuhan masyarakat kita. Tentu saja iklan-iklan yang menawarkan ‎jenis pengobatan alternatif atau memperindah penampilan bahkan menambah kekuatan ‎dapat kita terima, sejauh iklan-iklan tersebut tidak mengandung unsur kemusyrikan. ‎
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kepercayaan terhadap hal-hal yang mengandung ‎unsur kemusyrikan tidak hanya ada pada masyarakat yang awam, tetapi juga masyarakat ‎yang tingkat rasionalitasnya sudah relatif baik.‎
Mudah-mudahan kita semua terhindar dari segala ucapan, sikap, perilaku dan ‎tindakan yang menjurus pada kemusyrikan.‎

No comments: