Monday, July 2, 2007

Islam dan Kepemimpinan

Pendahuluan

Terdapat banyak sekali bukti yang cukup kuat, bahwa perkembangan suatu masyarakat ‎banyak dipengaruhi oleh kualitas orang yang memimpinnya. Kemajuan yang diraih umat Islam ‎pada masa-masa awal pertumbuhannya, ditopang oleh kepemimpinan dari Nabi Muhammad itu ‎sendiri dan juga oleh para khalifah yang menggantikannya. Modal dasar kepemimpinan mereka ‎adalah kejujuran, keberanian, keadilan, kesederhanaan, populis (merakyat), keterbukaan dan ‎selalu menghindari sikap sewenang-wenang, otoriter, menindas, kolusi dan korupsi. Dengan ‎modal dasar itu semua, umat Islam pada awal perkembangannya dapat mencapai puncak ‎kejayaannya, dan dapat mewujudkan masyarakat muslim yang kuat, tangguh, bersatu dan ‎terhindar dari berbagai kerusuhan dan huru-hara sosial.‎
Ketika kepemimpinan para khalifah yang jujur itu, diganti oleh para pemimpin umat ‎yang lalim, bergaya hidup glamour, bertindak sewenang-wenang, terlibat kolusi dan korupsi, ‎serta bergelimang dengan kemaksiatan; maka praktis kejayaan umat Islam hancur-luluh, hanya ‎meninggalkan bekas-bekas kejayaan yang hanya dapat dikenang hingga kini.‎
Dari kenyataan sejarah tersebut, kita dapat dapat bercermin, betapa watak kepemimpinan ‎seorang pemimpin dalam suatu masyarakat sangat menentukan terhadap kemajuan dan ‎kemunduran masyarakat yang dipimpinnya. Kita memang menyadari, bahwa kemajuan dan ‎kemunduran suatu masyarakat tidak hanya ditentukan oleh kualitas pemimpinnya. Tetapi ‎berbagai peristiwa penting dalam sejarah umat manusia, menunjukkan betapa peran seorang ‎pemimpin sangat menonjol dalam kehidupan suatu masyarakat atau bangsa.‎
Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwa ajaran Islam yang bersumber kepada al-‎Qur'an dan Sunnah Nabi SAW, telah memberi petunjuk universal tentang apa dan bagaimana ‎menjadi seorang pemimpin. Dalam makalah ini, penulis akan mencoba membahas tentang asas-‎asas kepemimpinan menurut ajaran Islam. ‎

Islam dan Kepemimpinan
Seperti telah dijelaskan pada bagian atas, bahwa petunjuk-petunjuk al-Qur'an dan as-‎Sunnah tentang kepemimpinan bersifat universal. Universalitas petunjuk-petunjuk tersebut ‎berlaku, baik untuk kepemimpinan yang bersifat formal maupun informal, sebagaimana yang ‎kita kenal dalam konsep kepemimpinan di lingkungan masyarakat Indonesia. ‎
Pada dasarnya, al-Qur'an dan as-Sunnah tidak membedakan jenis kepemimpinan dalam ‎masyarakat. Karena menurut konsepsi Islam, seorang pemimpin masyarakat, idealnya juga harus ‎menjadi pemimpin agama. Muhammad SAW, adalah pemimpin masyarakat sekaligus pemimpin ‎agama dan tokoh spiritual pada masyarakat Madinah dan daerah-daerah lain yang berada dalam ‎kekuasaannya. Demikian pula dengan para khalifah yang menggantikannya. Dengan demikian, ‎istilah pemimpin formal dan informal tidak akan pernah kita temukan dalam kamus fiqh Islam. ‎
Konsep pemimpin formal (formal leader) dan informal (informal leader) baru kita ‎jumpai dalam teori-teori manajemen dan kepemimpinan modern. Pemimpin formal, biasanya ‎diartikan sebagai orang yang secara resmi diangkat dalam jabatan kepemimpinan, dan teratur ‎dalam organisasi secara hierakhi. Sedangkan pemimpin informal adalah pemimpin yang tidak ‎mempunyai dasar kepangkatan yang resmi dan tidak nyata dalam hierarkhi organisasi.‎
Kendati demikian, dalam beberapa hadits ditemukan pembedaan antara umara (yang kita ‎kenal sebagai pemimpin formal) dan ulama (yang sering kita sebut sebagai pemimpin informal). ‎Hadits-hadits tersebut, di antaranya :‎
صنفان من الناس اذا صلحا صلح الناس واذا فسدا فسد الناس
‎"Ada dua kelompok manusia, jika keduanya baik, maka masyarakat semuanya akan baik, dan ‎jika keduanya rusak maka rusak pula seluruh masyarakat. Mereka adalah para ulama dan ‎umara" (H.R. Ibnu Abdillah).‎
قوة البلاد باربعة اشياء اولها بعلم العلماء والثانى بعدل الامراء والثالث بسخاوة ‏الاغنياء والرابع بدعاء الفقراء
‎"Kuatnya negara karena empat perkara: ilmunya para ulama; keadilan para umara; ‎kedermawanan orang-orang kaya; dan doanya orang-orang fakir" ‎

Syarat-syarat Menjadi Pemimpin
Untuk bisa menjadi pemimpin yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh ‎Rasulullah SAW dan para khalifah yang menggantikannya, ajaran Islam telah menetapkan ‎beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang akan menjadi pemimpin. Syarat-syarat ‎tersebut adalah :‎
* Kuat akidahnya
‎ ‎ Kekuatan akidah menjadi syarat bagi seorang pemimpin, mengingat kekuatan akidah ‎itulah yang akan sangat menentukan perilaku kepemimpinannya (leadership behaviour). Dasar ‎disyaratkannya kekuatan akidah ini adalah firman Allah SWT :‎
يايها الذين امنوا لاتتخدوا الذين اتخدوا دينكم هزوا ولعبا من الذين اوتواالكتب من ‏قبلكم والكفار اولياء
‎"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu angkat jadi pemimpinmu orang yang ‎membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan di antara orang-orang yang telah diberi ‎kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir" (Q.S. Al-Maidah : 57)‎
* Adil dan jujur
Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT:‎
يايها الذين امنوا كونوا قوامين لله شهداء بالقسط ولايجرمنكم شنان بقوم على الا ‏تعدلوا اعدلوا هواقرب للتقوى
‎"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu ‎menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu ‎pada suatu golongan menyebabkan engkau tidak berlaku adil. Belaku adillah, karena adil itu ‎mendekati takwa" (Q.S. Al-Maidah : 8)‎
ان الله يأمركم ان تؤدا الامنت الى اهلها واذا حكمتم بين الناس ان تحكموا بالعدل
‎"Sesungguhnya Allah mewajibkan kamu memberikan/menyampakan amanat kepada ahlinya, ‎dan bila kalian menghukumi di antara manusia hukumilah dengan cara yang adil" (Q.S. An-‎Nisa : 58)‎
* Mencintai dan mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan golongan
Syarat ini dipandang cukup penting, mengingat jabatan kepemimpinan secara inheren ‎merupakan konsekuensi langsung dari adanya rakyat. Bagaimana mungkin seorang pemimpin ‎mengabaikan kepentingan rakyat, padahal kepemimpinannya itu berasal dari rakyat yang ‎dipimpinnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW menegaskan:‎
خيار ائمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم ويصلون عليكم وتصلون عليهم ‏
وشرار ائمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم
‎"Sebaik-baik pemimpin adalah orang-orang yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian. ‎Mereka mendo'akan kalian dan kalian juga mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pimpinan ‎kalian adalah orang yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, mreka kalian kutuk ‎dan mereka pun mengutuk kalian" (H.R. Muslim)‎
* Mampu menumbuhkan kerjasama dan solidaritas sesama umat
Keberhasilan dan kemajuan suatu masyarakat ditentukan oleh solidaritas sosial dan ‎jalinan kerjasama di antara anggota masyarakat. Mereka saling membantu dan saling menolong ‎untuk mencapai kebajikan dan bukan saling bantu dan saling menolong untuk membuat ‎kerusakan dan permusuhan. Allah SWT berfirman :‎
وتعاونوا على البر والتقوى ولاتعاونوا على الاثم والعدوان
‎"Dan saling tolong-menolonglah kalian dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan janganlah ‎kalian tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan" (Q.S. Al-Maidah : 2)‎
* Bersikap terbuka dan sanggup mendengarkan pendapat dan ide orang lain
Sikap terbuka dan sanggup menerima gagasan dan ide orang lain disyaratkan kepada ‎setiap pemimpin, mengingat kemampuan manusia sebagai makhluk sangat terbatas. Itulah ‎sebabnya, untuk mencari dan menemukan kebenaran diperlukan adanya dialog yang intensif. ‎Hanya seorang pemimpin otoriterlah yang tidak mau menerima gagasan, pendapat dan ide orang ‎lain. Allah SWT berfirman :‎
الذين يستمعون القول فيتبعون احسنه اولئك الذين هداهم الله واولئك هم ‏اولوالالباب
‎"Orang-orang yang mendengarkan perkataan orang lain, kemudian mengikuti (pendapat) mana ‎yang lebih baik, mereka itulah yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang ‎yang mempunyai akal" (Q.S. Az-Zumar : 18).‎
* Pemaaf dan memiliki jiwa toleransi yang tinggi
Firman Allah SWT :‎
وان عاقبتم فعاقبوا بمثل ما عوقبتم به ولئن صبرتم لهو خير للصبرين
‎"Dan jika kamu memberikan hukuman, maka hukumlah dengan hukuman yang setimpal. Akan ‎tetapi jika kamu bersabar kepada mereka, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-‎orang yang sabar" (Q.S. An-Nahl : 126).‎

Menjadi Pemimpina Yang Baik
Untuk menjadi pemimpin yang baik, di samping harus terpenuhi syarat-syarat di atas, ‎juga harus memperhatikan pedoman-pedoman berikut ini :‎
* Menjunjung tinggi prinsip musyawarah
Dalam sejarah Islam, prinsip musyawarah telah digunakan oleh Nabi, para sahabat serta ‎para khalifa yang menggantikannya. Mereka menjunjung tinggi prinsip musyawarah dalam ‎menyelesaikan berbagai permasalahan sosial, politik, pertahanan dan keamanan. Allah SWT ‎menegaskan :‎
وامرهم شورى بينهم
‎"Dan urusan-urusan mereka (diselenggarakan) dengan musyawarah di antara mereka" (Q.S. ‎Asy-Syura : 38)‎
وشاورهم فى الامر
‎"Bermusyawarahlah kamu dalam menyelesaikan urusanmu" (Q.S. Ali Imran : 159).‎
* Membuat kebijaksanaan dan perintah yang baik dan benar
Seorang pemimpin dalam menyelenggarakan kepemimpinannya, sudah semestinya ‎membuat berbagai kebijakan untuk mencapai kemajuan dan perkembangan masyarakatnya, ‎melalui cara-cara yang benar dan tidak mengarahkan masyarakatnya untuk maksiat dan durhaka ‎kepada Allah SWT. ‎
Meskipun semua masyarakat harus taat kepada pemimpin, sebagaimana firman Allah :‎
اطيعواالله واطيعواالرسول واولى الامر منكم
Namun hanya kebijaksanaan yang tidak bertentangan dengan syari'atlah yang wajib ‎ditaati dan diikuti oleh masyarakatnya.‎
ولاطاعة فى معصية الله انماالطاعة فى المعروف
‎"Dan tidak (boleh) taat dalam (hal-hal yang menjurus kepada) maksiat kepada Allah. ‎Sesungguhnya taat (diwajibkan) atas (hal-hal yang) ma'ruf" (H.R. Ahmad)‎
* Memiliki pengetahuan yang memadai
Seorang pemimpin seyogyanya memiliki pengetahuan dan keahlian dalam masalah ‎kepemimpinan. Sebab jika seorang pemimpin tidak mengetahui seluk-beluk kepemimpinan, ‎maka kehancuranlah yang akan didapatnya. Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW :‎
اذاوسد الامر الى غير اهله فانتظرالساعة
‎"Jika satu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya" ‎‎(H.R. Al-Bukhari)‎
* Ikhlas
Dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan, seorang pemimpin seyogyanya berkerja ‎semata-mata untuk mencari ridla Allah SWT dan bersikap ikhlas. Sikap ridla dan ikhlas inilah ‎yang akan membuat segala macam pekerjaannya tidak membebaninya. Adanya pujian dan ‎sanjungan atau cercaan dan makian tidak seharusnya mempengaruhi semangat kerjanya. Dalam ‎kaitan ini Allah berfirman :‎
ولاغوينهم اجمعين الا عبادك منهم المخلصين
‎"Dan pasti aku (iblis) akan menyesatkan manusia-manusia semuanya, kecuali hamba-hamba ‎Engkau yang ikhlas di antara mereka" (Q.S. Al-Hijr : 39-40).‎
* Bertanggung jawab
Seorang pemimpin semestinya akan menerima resiko apapun yang akan ditanggungnya. ‎Itulah jiwa pemimpin yang bertanggung jawab. Seorang pemimpin yang baik, akan merasa ‎bertanggung jawab apabila bawahannya ternyata bertindak salah. ‎
Prinsip pertanggungjawaban (mas'uliyyah) dalam ajaran Islam sangat ditonjolkan, ‎karena segala amal dan perbuatan kita, sekecil apapun akan dipertanggungjawabkan di hadapan ‎Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW:‎
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته
‎"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan diminta pertanggungjawaban ‎kepemimpinannya" (H.R. Bukhari)‎
* Tidak berlaku boros dan melampaui batas
Allah berfirman:‎
ولاتطيعوا امرالمسرفين الذين يفسدون فىالارض ولايصلحون
‎"Dan janganlah kamu mematuhi pemimpin yang melampaui batas, yang membuat kerusakan di ‎muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan" (Q.S. Asy-Syu'ara : 151-152)‎

Penutup
Demikianlah pembahasan kami tentang asas-asas kepemimpinan dalam Islam, semoga ‎makalah ini dapat berguna bagi kita dalam rangka menyiapkan kader-kader pemimpin di masa ‎sekarang dan di masa yang akan datang. Tentu saja makalah ini masih jauh dari sempurna. ‎Karena untuk melakukan kajian keislaman diperlukan berbagai khazanah sebagai rujukan, serta ‎usaha yang sungguh-sungguh. ‎
Namun demikian, mudah-mudahan segala keterbatasan yang ada pada penulis tidak ‎mengurangi manfaat dari tulisan ini.‎

No comments: